Laporan: Edwar Mursidi
Sabtu, 18 Januari 2020
Kilas Bengkulu Selatan -Semut di seberang laut kelihatan Gajah didepan mata tidak nampak, Pepatah ini diduga patut disandang Era Bupati Gusnan Mulyadi Sebagai orang nomor satu di kabupaten Bengkulu Selatan Provinsi Bengkulu, terkait keluhan Masyarakat petani persawahan sekitar desa Batu Kuning Kecamatan Pasar Manna, akibat kerusakan irigasi bendungan Air tebat melao yang berada di desa batu lambang, yang mengancam para petani gagal panen dan tidak bisa mengelola lahannya lagi.
Menurut salah seorang petani bernama Din mus yang turut serta didalam investigasi wartawan kilasbengkulu.com, ke lokasi beberapa titik kerusakan bendungan tebat melao serta saluran irigasi, sudah terjadi sejak lama, hingga menghambat aliran air masuk dipersawahan masyarakat.
“Saya mewakili petani disini mengharapkan adanya kesunguhan pihak pemerintah daerah dan provinsi untuk mengatasi masalah air persawahan warga masyarakat Kecamatan Pasar Manna. Jika perlu Bupati, Dinas Pertanian dan Dinas PUPR mengecek secara langsung ke lapangan bersama kades batu kuning dan kades batu lambang, untuk mengetahui kondisi yang sebenarnya di alami para petani persawahan di daerah ini, akibat kerusakan
bendungan tebat melao. Sekarang banyak persawahan warga yang belum dapat digarap karena tidak ada Air Irigasi,” jelas Din
Lebih lanjut Din mengatakan, apa bila tidak Ada tangapan secepatnya oleh pemerintah daerah dan pihak provinsi, maka tidak menutup kemungkinan lebih kurang 150 Hektar, hamparan lahan persawahan warga masyarakat di daerah ini akan beralih pungsi atau menjadi lahan tidur, sehingga bisa juga berdampak terhadap mata pencarian para petani persawahan daerah ini, padahal warga petani persawahan yang ada di daerah ini menggantungkan hidupnya dari lahan persawahan tersebut, jelas Din
“Sebenarnya Bupati Gusnan Mulyadi itu teman saya waktu masih kecil dan sudah mengerti kondisi bendungan air melao, Sebab bendungan tersebut tempat Bupati memacing waktu beliau masih kecil. Besar harapan kami Bupati Gusnan tidak melupakan sejarah, maka saat menjadi bupati atau berkuasa ini la kesemempatan beliau (Bupati red) untuk berbuat demi kepentingan masyarakat kecil, adik sanak, seperti kami yang ada di daerah tumbuk dusun ini. Membaca di media sosial maupun Facebook (FB), pak Gusnan selaku Bupati selalu memperhatikan petani diseginim, kedurang, pino, sedangkan didepan mata tidak Pernah diperhatikan. Ibarat pepatah semut diseberang laut kelihatan gajah di depan mata Tidak Nampak. Mohon media online kilasbengkulu.com, tulis, serta sampaikan dengan bapak Bupati Gusnan supaya beliau tau. Bendungan dan irigasi ini sudah hampir 30 tahun umurnya, tidak pernah direhap atau direnovasi oleh pemerintah,” kesal Din.
Dilain pihak Sukiman selaku petani Persawahan Setempat nekat tetap menggarap Persawahnya walaupun kesulitan air dengan mengunakan pompa menyedot air manna.
“Akibat kesulitan air, biaya yang saya keluarkan perhari untuk membajak sawa Rp. 50 ribu. Bertani Padi sawah di daerah ini cukup berisiko karena kalau dihitung dari Keuntungan yang didapat cukup tipis, bahkan kadang kala bisa rugi, tapi apa boleh buat karena ini lah satu – satunya sumber mata pencarian saya,” kata Sukiman
Berdasarkan pantauan media online kilasbengkulu.com, Kerusakan Parah bendungan dan irigasi tebat melao yang berada didesa batu lambang ada sekitar empat (4) titik. Sementara, hak jawab Bupati Gusnas dikonfirmasi kepala biro media online kilas Bengkulu.com, Bengkulu Selatan, melalui WhatsApp menjelaskan, Keluhan para petani persawahan Kecamatan Pasar Manna akan segera ditindaklanjuti.
“Saya sudah perintahkan kepala dinas PUPR dan kepala dinas pertanian Bengkulu Selatan, untuk segera turun kelapangan, mengecek keluhan masyarakat petani persawahan di kecamatan pasar manna, terkait kerusakan bendungan dan irigasi tebat melao tersebut,” jelas Bupati Gusnan secara singkat.
Editor: Redaksi